Apakah agamumu kini? Islam?
Nasrani? Yahudi? Majusi? Hindu? atau Budha?, apapun yang manusia anut sebagaian
besarnya tidak terlepas dari pengaruh orangtuanya. Orangtua memiliki andil
besar dalam mengarahkan kita sejak lahir untuk mengikuti apa yang orangtua
percaya. Hal ini selaras dengan pesan yang disampaikan Nabi Muhammad SAW, bahwa
setiap bayi sesungguhnya dilahirkan dalam keadaan suci, akan tetapi
orangtuanyalah yang membuatnya menjadi seorang Yahudi, Nasrani, dan Majusi.
Apakah kita pernah mengingat jika
Allah berdialog dengan kita? tentu saja tidak, karena saat itu masih berupa ruh
belum ada memori untuk mengingat, tapi Allah mengingatkan kita kembali dalam
Al-Qur’annya. Oleh karena itu mari kita sadarkan manusia-manusia terkait hal
ini. Karena ini berhubungan dengan aqidah alias agama, jangan sampai mereka
yang Muslim dengan mudahnya berpindah-pindah agama, seakan-akan agama itu
miliknya. Dan semoga mereka yang non Muslim menyadari hal ini dengan pesan yang
ada dalam Al-Qur’an sehingga mereka dapat memeluk agama Islam.
Kali ini tentang bayi, setiap
bayi itu suci, makanya tidak ada anak haram atau bayi haram, perbuatan
orangtuanyalah yang haram, si bayi tetap suci. Bayi yang ketika lahir itu
sebenarnya lahir dalam keadaan fitrah alias Muslim, kemudian datanglah peran
orangtua. Kenapa dia lahir dalam keadaan fitrah? Karena dulu ketika bayi itu
masih dalam berwujud roh atau ketika kita semua berwujud ruh, kita ditanya oleh
Allah “Bukankah Aku adalah Tuhan kalian” dan kita semua menjawab “Iya, Kami
bersaksi ya Allah”.
Kesaksian itulah yang menjadikan
bayi-bayi itu suci. Oleh karena itu jika bayi tersebut wafat sebelum baligh,
maka ia masuk surga karena tidaklah ia membawa dosa bahkan jika setiap akhir
pekan menyembah berhala. Ia akan dihitung amalannya setelah aqil baligh. Bayi-bayi
yang tidak bersalah itu akan tinggal disurga khusus bersama Nabi Ibrahim AS,
mengelilinginya dan hidup bersamanya. Sedangkan bayi-bayi dari rahim muslimah
kelak di surga akan menajdi pembantu bagi orangtuanya kelak. Ini mematahkan
pendapat mereka yang beranggapan jika bayi yang lahir akan hilang begitu saja.
Begitupula disayangkan sekali bagi yang membuhun bayi dalam kandungannya
ataupun bayi yang telah lahir, karena mereka telah menghilangkan salah satu anugerah
yang di titipkan Allah kepada Ibu itu. Karena tidak ada yang tahu jika sang
bayi itu dapat membawa keberkahan dan rezeki yang berlimpah.
Ketika bayi-bayi yang lahir dapat
bertahan hidup dan menjadi aqil baligh disinilah titik tolak kritis bagi dirinya
untuk memilih beragama terlepas dari pengaruh orangtuanya, karena Allah
memberikan kita akal yang tidak diberikan kepada makhluk lainnya. Akal
tersebutlah yang memiliki potensi untuk mencari kebenaran serta agama yang
benar, kecuali kamu aqil baligh dalam keadaan Muslim maka kamu sudah berada
pada jalur yang benar dan janganlah ragu sedikitpun tentang kebenaran Islam.
Lalu mengapa banyak orang berada
dalam agama yang salah? Menurutku karena mereka tidak sadar dalam beragama.
Bahkan yang Islamnya hanya di KTP saja tidak sadar dalam ber-Islam. Bagaimana
seseorang sadar dalam beragama? Yaitu ketika ia menelaah ajaran agamanya apakah
rasional ataukah irasional, karena agama yang benar adalah agama yang tidak
berbenturan dengan rasionalitas. Jika sang bayi bertumbuh dewasa dan memilih
agama yang tidak direstui Allah maka akan lebih baik baginya menjadi bayi
selamanya dan dapat merasakan surga setelah wafatnya.