Kenapa kamu
beragama? Pernahkah kamu bertanya pada dirimu demikian?. Yap, benar kebanyakan
kita beragama karena bawaan lahir, tergantung apa agama orangtuanya,
Alhamdulillah bagi yang terlahir dari rahim seorang Muslimah atau mereka yang dapat
hidayah. Yang disayangkan adalah mereka yang terlahir dari seorang Muslimah
tapi masih sok-sokan mencari agama yang benar dan beranggapan agama Islam itu
bukan agama yang final atau mereka yang bingung beragama dan mencoba mengambil
jalan netral dengan tidak beragama (ateis).
sumber: www.keepcalm-o-matic.co.uk
Agama
merupakan serangkaian peraturan yang menuntut para penganutnya untuk tunduk dan
mengerjakan apa saja yang diperintahkan, dan pada dasarnya setiap manusia butuh
aturan, baik itu agama maupun aturan buatan manusia lainnya. Tidak ada manusia
yang hidup tanpa peraturan, pasti seluruh manusia telah menetapkan peraturan
pada dirinya, sekalipun ia mengklaim dirinya adalah sebebas-bebasnya manusia
maka kebebasan yang ia anut itu merupakan peraturan hidup baginya. Yap, kita
sebagai manusia butuh peraturan, masalahnya kita itu mau diatur sama siapa?
Kalau dikantor sudah pasti yang mengatur kita adalah bos kantor, kalau dirumah
kita diatur sama yang punya rumah (orang tua), kalau dalam kehidupan bernegara
kita diatur oleh pemerintah, lalu hidup dibumi yang berlimpah nikmat ini
siapakah yang mengatur kita? kamu pasti tahu jawabannya, Allah-lah yang
mengatur kita melalui agama. Dapat dibandingkan antara aturan manusia dengan
aturan Allah, pasti lebih baik aturan Allah karena Allah-lah yang menciptakan
kita maka Allah tahu yang terbaik bagi kita.
Aku sebagai
seorang Muslim akan mengatakan Islam adalah agama yang paling benar, dan
orang-orang non Muslim pun akan mengatakan jika agamanya adalah yang paling
benar, lalu apakah fanatic terhadap agama yang dianut merupakan suatu
kesalahan? Jelas bukan kesalahan, yang tersisa adalah dialog tentang agama
siapakah yang paling benar. Ukuran kebenaran agama itu mudah, seberapa agama
itu konsisten dalam perataurannya, yakni peraturan dalam kitab sucinya, bukan
pada penganutnya, jangan sampai kita melihat penganut sebagai tolak ukur,
karena penganut bisa salah bisa benar, sedangkan agama yang benar tidak akan
pernah salah bahkan akan sangat konsisten karena penciptanya Maha Sempurna. Terlepas
dari itu, jika kaum non Muslim tidak ingin memeluk Islam ya tidak apa, karena
bagi mereka agama mereka dan bagi kita agama kita dan tetap dapat hidup
berdampingan penuh kasih sayang.
Semoga sampai
sini kita masih sepakat kalau beragama adalah sebuah kebutuhan dan keharusan.
Lalu bagaimana dengan sekelompok orang yang mengatasnamakan kebebasan untuk
tidak beragama karena tidak ingin ada konflik antar agama dan tidak ingin ada
aturan yang mengikat, nah mereka ini ketika memilih tidak beragama seakan-akan
telah menciptakan agama sendiri, karena ia menciptakan peraturan bagi dirinya
sendiri, dan dengan begitu mereka telah memusuhi semua ummat beragama secara
tidak langsung.
Bagi kaum atheis, kebenaran adalah relatif.
Apakah menurutmu pun seperti itu? Ketika kita mempercayai kebenaran sebagai
suatu relativitas maka siapapun dapat membenarkan apa yang ia lakukan dan
katakana sehingga tidak ada ukuran kebenaran, dan kemudian itu akan menyebabkan
krisis kebenaran terhadap segala ajaran, lalu setiap yang beragama tidak lagi
percaya terhadap apa yang ia anut dan ia kerjakan. Krisis itu yang sekarang
sedang dialami oleh beberapa mahasiswa Muslim kita, ketika dibenturkan dengan
studi perbandingan agama, dan didoktrin oleh dosennya untuk mengosongkan diri
dari pengaruh agama supaya dapat melihat agama lain secara objektif, sang
mahasiswa itu terima-terima saja dan menganggap dirinya kritis terhadap ajaran
agama dan objektif. Padahal proses yang ia jalani itu sebuah awal dari
kesesatan. Karena untuk menjadi mahasiswa perbandingan agama tidak harus
menjadi netral untuk menilai agama lain karena tujuan menilai agama lain bukan
lagi untuk mencari kebenaran karena Islam adalah kebenaran yang final, maka
menilai agama lain itu untuk mencari kelemahan dan beberapa persamaan supaya
dapat berdakwah kepada mereka. Karena ummat non Muslim ketika mempelajari Islam
tidak sekali-kali ia meninggalkan agamanya.