Ini pendapat pribadiku dan
sebagai pengingatku, jika kamu tertarik kamu bisa melanjutkan membaca, tapi
jika tidak sesuai maka tinggalkanlah, karena ini akan sedikit menyentil telinga
kita yang terbiasa mendengar pujian dan sanjungan.
Sadarkah kalau belakangan ini
rasa kemanusiaan mulai perlahan terkikis? Rasa kemanusiaan yang aku maksud
bukan sekedar kasihan serta berempati ketika melihat pengemis atau pengamen
cilik. Tapi rasa kemanusiaan yang aku maksud adalah perhatian kita terhadap
perasaan manusia lain apapun tingkatan sosialnya. Dengan begitu wong cilik
tentu masuk dalam pembahasan ini.
Aku tidak tahu apakah keresahan
yang aku rasakan kamu merasakannya juga. Aku hanya ingin menyampaikan apa yang
aku lihat dan aku rasakan tentang fenomena ini. Yang aku rasakan saat ini
adalah emosi manusia-manusia Jakarta meningkat, terutama dijalan raya saat
berkendara, fenomena ini berbeda dengan beberapa tahun-tahun lalu. Saat ini
kamu akan melihat kendaraan sangatlah padat seakan-akan sudah tidak ada jalan
lagi yang dapat kamu lalui, ditambah dengan teriknya matahari atau derasnya
hujan yang akan membuat suasana jalan semakin tidak bersahabat. Disinilah
sering terjadi tindakan yang tidak semestinya. Misalnya disaat kamu berkendara
dan tidak sengaja menyenggol motor lain maka dia akan menatap sinis seperti
ingin memangsamu, dan jeleknya jika kamu balas memandang dengan sinis sehingga
percekcokan terjadi lalu berakhir pada ring tinju alias perkelahian. Ini
tidakan yang tidak semestinya, karena yang menyenggol harusnya memasang wajah
ramah dan friendly lalu meminta maaf, dan yang di senggol harusnya biasa saja
melihatnya, begitulah dijalan, jika tidak disenggol yang kamu menyenggol, itu
hukum jalan raya yang macet. Kalau beberapa tahun lalu kamu akan menemukan
keramahan yang jauh lebih baik, ya mungkin sekarang jalan semakin padat.
Kasus lain yang mengkikis
kemanusiaan kita adalah tentang memposting makanan yang sedang kita makan. Mungkin
sekilas itu tidak bermasalah, karena kita hanya memposting sesuatu yang kita
suka di akun media sosial kita dengan harapan orang lain ikut senang dengan apa
yang kita rasakan, tapi kenyataan tidaklah selalu begitu karena kita tidaklah
mengetahui isi hati saudara kita yang lainnya, bisa jadi ia sedang dalam keadaan
sulit bahkan untuk makan susah, dapatkah kamu membayangkan bagaimana
perasaannya ketika melihat postingan kita? saat itulah kita menyakiti hati
orang tanpa kita tahu. Begitu pula saat kita sedang berlibur ketempat yang
mewah lalu memposting gambar kesenangan kita, maka ingatlah bahwa tidak seluruh
semua saudara-saudara kita dapat merasakan hal yang sama. Jangan sampai
kebiasan-kebiasaan kita yang seperti itu menumpulkan kepekaan kita terhadap
perasaan saudara kita.
Serangkaian hidup kita kini
membuat kita jauh dari rasa kemanusiaan, karena kita terlalu banyak hidup
bersama dengan gadget, seperti saat makan malam bersama teman-teman, yang
seharusnya kita berkomunikasi satu sama lain, sekarang kita sibuk menunduk
memainkan gadget, sampai-sampai pelayanpun tak kita hiraukan alias direndahkan
karena tidak kita respon ucapannya, ini adalah sikap kemanusiaan yang mulai
hilang. Begitu pula saat ada pengamen atau orang meminta-minta datang, kita
hanya angkat tangan tanpa senyuman dan wajah tetap menatap layar gadget, ya
gadget menyita hidup kita, membuat kita berubah, berinteraksi dengan yang jauh
dan tak terrlihat bahkan tak dikenal dan mengabaikan yang dekat bahkan yang
kita kenal.
Sekedar tersenyumpun kini rasanya
sukar, karena wajah selalu menunduk kearah gadget, padahal senyuman merupakan
sedekah yang akan mengalirkan ganjaran pahala bagi kita. dan kini seluruh
respon serta aktivitas kita seakan-akan tak nyata, alias keberadaannya hanya
virtual melalui media sosial. Pada masa yang akan datang ini akan menyebabkan
ketidakseimbangan sosial, dalam artian manusia akan dinilai hanya dari akun
sosialnya atau interaksinya di dunia maya, inilah yang akan mengikis rasa
saling percayaan dan kemanusiaan kita. Kembalilah kepada yang kehidupan yang
semestinya kita jalani dan batasi diri kita dari pembiasaan-pembiasaan yang
dapat menumpulkan kepekaan sosial kita atau bahkan dapat membuat kita menjadi
manusia yang terkikis rasa kemanusiaannya.